Pernyataanbeliau yang telah kita kenal, seperti, mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat; carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina; ilmu (pengetahuan) itu milik orang mukmin yang hilang, di mana saja ia mendapatkannya, maka ia lebih berhak memilikinya dari yang lain; Barang siapa mati Tetapiyang dimasukkan ke liang lahat nanti adalah batang pisang tadi, sedang badanku tetap dalam keranda dan dibawa pulang kembali. jika jenazah sudah sampai ke liang kubur, berteriaklah keras-keras, “Akulah pemilik lembu”, kemudian paculah kudamu sekencang-kencangnya. “Setuju?” “Nah, ini uangnya, pergilah.” Ilmu Al-Kasyfi Artinya: ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits). menuntut ilmu pun hukum nya wajib bagi setiap umat islam seperti yang telah rosulullah SAW katakan dalam hadist nya : Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu” 7 "Tuntutlah ilmu dari lahir hingga ke liang lahat." 8. "Menuntut ilmu adalah takwa, menyampaikan ilmu adalah ibadah, mengulang-ulang ilmu adalah dzikir, mencari ilmu adalah jihad." 9. "Ilmu itu ada di mana-mana, pengetahuan di mana-mana tersebar, kalau kita bersedia membaca, dan bersedia mendengar." - Felix Siauw. 10. "Hidup perlu ilmu, mati Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat” Dan “ Carilah ilmu walau ke negeri cina “ Kegiatan ini di mulai sejak 29 Agustus hingga 3 Oktober 2020. Sayangnya aku baru mengetahui kegiatan ini diakhir September. Masih belum terlambat untuk mengikuti pelajaran. Aku memilih 6 materi kelas, namun hanya 4 kelas yang bisa aku surat penawaran surat pesanan merupakan contoh dari surat. اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ Artinya “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat” Hadis ini tidak jarang kita dengar dalam ceramah atau kita jumpai ketika membaca buku-buku agama. Apakah hadis tersebut adalah hadis shohih sehingga dapat diyakini sebagai perkataan Rasulullah SAW? Ternyata, setelah dikaji TIDAK ADA satu kitab hadis pun yang mencantumkan hadis tersebut, baik kitab hadis induk yang disebut “al-kutub al-sittah”–yaitu 6 kitab yang menghimpun hadis-hadis Rasulullah yang terdiri dari Shohih Bukhari dan Muslim, Sunan Abi Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Nasa’i–maupun “al-kutub at-tis’ah”–yaitu 9 kitab induk hadis yang terdiri dari al-kutub as-sittah ditambah al-Muwatho Imam Malik, Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ad-Darimy. Bahkan, bukan hanya di kitab-kitab hadis induk. Ungkapan yang diklaim sebagai hadis Nabi di atas sama sekali tidak terdapat pula dalam puluhan kita-kitab hadis lain yang mencakup berbagai kitab al-jawami’, kitab-kitab sunan, musnad, al-majami’, al-muwatho’, kitab-kitab al-ilal was su’alat, sampai kitab-kitab muskyilat wa ghoroibul hadis dan takhrij al-ahadits. Hal ini disimpulkan setelah dilakukan pencarian “searching” dan penelitian takhrij dengan bantuan Program al-Maktabah asy-Syamilah al-Ishdar Hadis, atau tepatnya ungkapan di atas, hanya ditemukan dalam Kitab Kasyf adz-Dzunun karya Musthofa bin Abdullah 1/52 tanpa penyebutan sanad periwayatannya. Juga Kitab Abjad al-ilmi tulisan Muhammad Shiddiq Hasan Khan al-Qanuji yang juga tanpa menyebutkan sanadnya dan bahkan tanpa menyatakannya sebagai hadis Nabi SAW, tapi hanya menyebut “qiila” maknanya = “katanya atau dikatakan” dalam bentuk shighat tamridh bentuk pasif dalam periwayatan hadis yang digunakan oleh ahli hadis untuk mengutip riwayat yang diragukan sumber dan validitasnya. Karena tidak adanya kitab hadis yang memuat hadis ini dengan sanad yang dapat diteliti, maka Syaikh Abdul Azis bin Abdullah bin Baz rahimahullah menilainya La ashla lahu tidak ada sumbernya berupa sanad Arsip Multaqo Ahlil hadis-3, Al-Maktabah Asy-Syamilah. Syaikh Sholih Alu Syaikh dalam ceramah berjudul “Asbab ats-Tsabat ala Tholibil Ilmi” menyatakan itu sebagai qaul sebagian ulama salaf. Demikian pula, Syaikh Abdurrahman al-Faqih juga menyebutkan bahwa kemungkinan teks tersebut adalah bagian dari nasehat ulama yang disebutkan untuk para penuntut ilmu dan BUKAN HADIS marfu’ yang bisa disandarkan kepada Nabi SAW. Arsip Multaqo Ahlil hadis-3 Al-Maktabah Asy-Syamilah. Kesimpulan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks di atas bukanlah hadis, kalau dinilai status hadisnya adalah hadis maudhu’ palsu dan tidak layak untuk diklaim sebagai hadis Nabi SAW. Oleh karena itu, kalau dianggap makna kata-kata tersebut baik untuk disampaikan kepada khalayak, dalam ceramah atau tulisan cukup kitakan sebagai kata-kata hikmah. Wallahu A’lam bish showwab. Penulis, guru, dosen STIQ Bima, dan da'i. Lihat semua pos dari M. Syukrillah Navigasi pos Dalam perspektif Islam, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Menurut al-Ghazali menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan kemampuan. Bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah tanpa membedakan jenis kelamin dasarnya terdapat di dalam al-Qur’an maupun di dalam pertama yang diturunkan Allah swt dalam menuntut ilmu sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Alaq ayat 1-5, yang artiya “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu”.Rasulullah dalam salah satu haditsnya,"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan menuju surga”. HR MuslimSelanjutnya kewajiban menuntut ilmu kita mengenal prinsip bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal batas dimensi ruang adalah Sabda Nabi Muhammad Saw"Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina” Ibnu BarriDan prinsip bahwa belajar itu tidak mengenal batas dimensi waktu atau seumur hidup"Carilah ilmu dari buaian ibu lahir sampai ke liang lahat" wafat AhmadAkan tetapi bagaimana kita mendapatkan keberkahan dari ilmu itu sendiri, dalam menuntut ilmu terdapat sesuatu yang amat penting yang perlu diketengahkan adalah adab atau etika yang mewujud menjadi karakter dalam menuntut adab mencari ilmu itu penting untuk diketahui dan diamalkan tiap siswa maupun orang yang akan belajar kepada guru, alasannya adalah karena adab lebih utama sebelum mempelajari sesuatu. Tentunya bertolak belakang ketika fenomena saat ini adalah para peserta didik yang kurang memilki etika atau moral dalam menuntut dari beberapa literatur, berikut etika dalam yang harus dilakukan ketika belajar yaitu agar siswa senantiasa ikhlas, memiliki niat dan tekad untuk belajar, diawali dengan doa, memiliki ketekunan, belajar sungguh-sungguh, bersemangat, banyak beribadah, memelihara sopan santun, memiliki kesabarana, tidak cepat menyerah atau putus asa, memiliki isfat lapang dada, memiliki sifat tawadhu, nasehat menasehati sesama penuntut ilmu dan mau mengamalkan ilmunya..Ilustrasi Etika Menuntut Ilmu Sumber Unsplash comSetiap penuntut ilmu merindukan untuk menjadi penuntut ilmu yang baik, walaupun tidak selalu diikuti oleh kesediaan dalam menempuh jalan kesuksesan. Sebagaimana setiap penuntut ilmu tidak menginginkan dirinya menjadi atau tergolong sebagai penuntut ilmu yang ilmu yang didapat tidak hanya memberikan kebaikan di dunia, namun juga mengalir sampai ke akhirat.“Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular”** Asep Totoh-Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666. { "error" { "message" "Invalid URL GET /2379/", "type" "invalid_request_error", "param" null, "code" null } } BERIKUT penjelasan tentang 2 status hadits tersebut1. Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahad اطلبوا العلم من المهد الى اللحدSyaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah ulama hadits kontemporer, lahir tahun 1336 H dan wafat tahun 1417 H di kitab beliau Qimah az-Zaman inda al-Ulama hal 30 terbitan Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyah, cetakan ke-10 menyatakanهذا الكلام طلب العلم من المهد الى اللحد ويحكى أيضا بصيغة اطلبوا العلم من المهد الى اللحد ليس بحديث نبوي ، وإنما هو من كلام الناس ، فلا تجوز إضافته إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم كما يتناقله بعضهم ، إذ لا ينسب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا ما قاله أو فعله أو “Perkataan ini, yaitu menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahad’, dan disampaikan juga dengan ungkapan tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad’, bukanlah hadits Nabi. Ia hanyalah perkataan manusia biasa, dan tidak boleh menyandarkannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Tidak ada yang boleh dinisbahkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kecuali perkataan, perbuatan dan persetujuan beliau.”Diceritakan juga bahwa Syaikh Ibn Baz rahimahullah dalam sebuah kajian beliau pernah menyatakan status hadits ini, yaitu ليس له أصل, tidak ada asalnya. saya menemukan cerita ini di dan keduanya diakses pada tanggal 30 Januari 2012Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Markaz Fatwa situs Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah menyatakan bahwa ungkapan اطلبوا العلم من المهد الى اللحد ini maknanya benar, namun yang tidak boleh adalah menisbahkannya kepada Nabi shallallahu alaihi wa Menuntut Ilmu itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمةHadits طلب العلم فريضة على كل مسلم, tanpa tambahan ومسلمة diriwayatkan melalui banyak jalur dan terdapat di banyak kitab, diantaranya dikeluarkan oleh Ibn Majah dalam Sunan-nya1/81, al-Bazzar dalam Musnad-nya1/164 13/240 14/45, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam ash-Shaghir 1/36 1/58, juga dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, al-Mu’jam al-Kabir dan Musnad asy-Syamiyin, dikeluarkan juga oleh al-Baihaqi dalam al-Madkhal ila as-Sunan al-Kubra hadits no. 325, 326 dan 329.Ulama berbeda pendapat tentang status hadits ini. Abu Abdirrahman al-Albani rahimahullah dalam kitab Shahih at-Targhib wa at-Tarhib 1/17 dan Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah 1/296 menyatakan hadits ini shahih. Dalam kitab Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah 1/296, al-Albani mengutip hadits dari Ibn Majahحدثنا هشام بن عمار حدثنا حفص بن سليمان حدثنا كثير بن شنظير عن محمد ابن سيرين عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ beliau berkomentar “shahih, tanpa tambahan وواضع العلم dan seterusnya, tambahan tersebut statusnya dha’if jiddan.”Imam Muhammad ibn Abdirrahman as-Sakhawi rahimahullah dalam kitab beliau al-Maqasid al-Hasanah 1/121 menyatakanحديث اطلبوا العلم ولو بالصين، فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم، البيهقي في الشعب، والخطيب في الرحلة وغيرها، وابن عبد البر في جامع العلم، والديلمي، كلهم من حديث أبي عاتكة طريف بن سلمان، وابن عبد البر وحده من حديث عبيد بن محمد عن ابن عيينة عن الزهري كلاهما عن أنس مرفوعا به، وهو ضعيف من الوجهين، بل قال ابن حبان إنه باطل لا أصل له، وذكره ابن الجوزي في الموضوعات، وستأتي الجملة الثانية في الطاء معزوة لابن ماجه وغيره مع بيان “Hadits tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim’ disebutkan oleh al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, al-Khathib dalam ar-Rihlah dan selainnya, Ibn Abdil Barr di Jami al-Ilm, dan ad-Dailami. Seluruhnya meriwayatkan dari Abi Atikah Tharib ibn Salman, dan Ibn Abdil Barr sendiri meriwayatkan dari Ubaid ibn Muhammad dari Ibn Uyainah dan az-Zuhri. Keduanya dari Anas secara marfu’. Dan ia dha’if dari dua sisi. Bahkan Ibn Hibban berkata sesungguhnya ia batil, tidak ada asalnya’. Dan ibn al-Jauzi juga menyebutkannya dalam al-Maudhu’at. Dan nanti akan ada lagi di pembahasan huruf tha’, dinisbahkan kepada Ibn Majah dan selainnya beserta penjelasan hukumnya.”Dalam kitab yang sama 1/440, as-Sakhawi menyatakanحديث طلب العلم فريضة على كل مسلم، ابن ماجه في سننه، وابن عبد البر في العلم له من حديث حفص بن سليمان عن كثير بن شنظير، عن محمد بن سيرين عن أنس به مرفوعا بزيادة وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب، وحفص ضعيف جدا، بل اتهمه بعضهم بالكذب “Hadits menuntut ilmu wajib atas setiap muslim’ disebutkan oleh Ibn Majah di Sunan-nya, Ibn Abdil Barr dalam al-Ilm dari hadits Hafsh ibn Sulaiman, dari Katsir ibn Syinzir, dari Muhammad ibn Sirin, dari Anas secara marfu’, dengan tambahan وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب. Dan Hafsh dha’if jiddan, bahkan dituduh berdusta dan memalsukan hadits.”As-Sakhawi 1/140 menjelaskan cukup panjang tentang hadits ini, bahwa ia juga diriwayatkan dari beberapa jalur lain, namun sebagian ulama mengatakan bahwa semua riwayat tersebut mengandung cacat, tidak bisa dijadikan hujjah. Hal ini misalnya disampaikan oleh Ibn Abdil Barr dan al-Bazzar sebagaimana dikutip oleh untuk tambahan kata ومسلمة, as-Sakhawi mengatakan bahwa tambahan tersebut tidak pernah disebutkan dalam jalur-jalur periwayatan yang disimpulkan, kata ومسلمة hanya tambahan dalam hadits yang tidak ada asalnya. Sedangkan hadits طلب العلم فريضة على كل مسلم tanpa tambahan ومسلمة diperselisihkan ulama keshahihannya. []Wallahu a’lam bish shawwab.

carilah ilmu sampai ke liang lahat